SCNEWS – “Pencapaian kehidupan itu selalu ada batasnya, maka berupaya terbaiklah untuk menaiki tangganya, dan bersiaplah untuk menuruni dengan hikmah” – DARTCOMM
Tangga adalah jalan untuk mendaki maupun menurun. Saat kita menikmati dan selalu mensyukuri proses, maka satu tidak lebih baik dari yang lainnya. Naik atau turun sama-sama mempunyai kedalaman makna, dan menjadi warna yang melengkapi hidup.
Menaiki atau menuruni tangga, sama-sama perlu konsentrasi. Keseimbangan antara menatap ke depan, mendongak dan sesekali menunduk. Itu adalah seni yang harus dilakukan dengan tepat, agar tidak tersandung, yang bisa membuat kita tersungkur.
Tapi kadang untuk hal sederhana seperti itupun diperlukan ilmu mengasah rasa. Karena kadang ada zona nyaman yang membuat terlena dalam satu posisi yg menyebabkan saat tengadah lupa menunduk, atau sebaliknya. Jika terlalu konsen tengadah, kita lupa dengan yang ada dibawah, dan jika tidak terampil akan mudah tergelincir. Sebaliknya terlalu menunduk dan konsen menghitungi anak tangga, kita akan terlena sehingga lupa dengan perubahan-perubahan dinamis yang selalu cepat terjadi di depan dan atas perjalanan kehidupan.
Belajar untuk seimbang antara tengadah, menatap ke depan dan menunduk, adalah kombinasi yang didapatkan dari keterampilan menjalani hidup. Pada akhirnya keterampilan itu merupakan buah dari pemahaman akan setiap peristiwa dalam menapaki setiap anak tangga.
Tentang keterampilan mengasah rasa, menempatkan langkah yang tepat, dan melatih presisi pandangan harus terus dilakukan sepanjang masa kehidupan. Jangan pernah lelah. Semakin cepat belajar, semakin arif kita memaknai setiap peristiwa. Menyimpulkan dalam pola, dan akhirnya mendapatkan rasa yang pas dalam menyikapi setiap peristiwa di depannya.
Tangga adalah tentang turun dan naik. Dalam setiap episode kehidupan, akan selalu ada batas, kapan naik dan turun. Maka saat melatih keterampikan mengasah rasa, tidak hanya tentang meraih puncak kehidupan dengan menaiki tangganya, tapi yang lebih penting adalah kita bersiap memberi batas terakhir sebuah pendakian, dan mempersiapkan kapan dan bagaimana kita menuruni tangga.
Sunatullah kehidupan itu seperti sebuah putaran, dari tak ada akan kembali tiada. Maka memahami bahwa itulah siklus yang akan dijalani, kita harus punya batas punc pendakian, dan menyiapkan diri untuk menuruni tangga menuju akhir tujuan.
Menuruni tangga diperlukan kedalaman rasa yang kadang ukurannya harus lebih besar dibandingkan saat naik. Karena proses menurun, selain harus menunduk juga harus bersiap untuk perlahan melepaskan kelekatan-kelekatan yang telah diraih saat berada di puncak. Akan sangat berbeda, meraih kelekatan dan menumpukkan di tubuh, hati dan rasa saat menaiki anak tangga, karena tidak ada beban, kelekatan dari tak ada menjadi ada.
Sebaliknya, sesuatu yang pernah ada lalu perlahan harus dilepaskan, itu memerlukan sebuah dorongan kuat dan rasa yang terasah hebat. Tetapi pada akhirnya, kita akan menyadari bahwa kehidupan itu diwarnai dengan sesuatu yang fana, yang memang kita bukan pemiliknya yang sesungguhnya. Apa yang digenggam meskipun hasil kerja keras dan ikhtiar terbaik, sesungguhnya hanya titipanNYA. Karena sebaik apapun ikhtiar kita, jika belum diijinkan untuk kita raih, tidak akan pernah terjadi.
Memaknai siklus kehidupan seperti tamsil naik dan turun tangga, menjadikan kita lebih memahami bagaimana sebuah proses kehidupan harus dijalankan.
Sudahkah anda bersiap, tidak hanya untuk meraih puncak pencapaian, tapi bagaimana menuruni tangga kehidupan selanjutnya menuju titik akhir yang penuh keberkahan ??
DHYROZZ🌹❤