“TIGA KALI” KE SANTORINI (CATATAN PERJALANAN ROBENSJAH SJACHRAN)

“TIGA KALI” KE SANTORINI

Oleh: Robensjah Sjachran

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Santorini merupakan kelompok bundar pulau gunung berapi di Laut Aegea, termasuk dalam  kelompok  Kepulauan Cyclades yang berjarak 200 km dari daratan Yunani,  terletak di ujung selatan semenanjung Balkan. Luas pulau ini 73 km², populasi 13.600 jiwa (2001), dikenal karena sektor pariwisata dan industri wine-nya.

Ribuan tahun lalu terjadi letusan gunung berapi yang menenggelamkan bagian tengah Santorini dan menyusul beberapa gempa bumi yang terjadi kemudian menyebabkan musnahnya sebagian besar pulau tersebut. Kini Santorini sangat dikenal sebagai tempat wisata yang mendunia karena keindahan laut dan desain arsitektur khas  vernakular, bangunan yang sering diterpa angin kencang dan berada di tebing, didominasi warna dinding putih beratap biru.

Hari itu, Rabu, 5 Febr 2020, pukul 13:30 kami tinggalkan bandara Athena menuju Santorini dengan menumpang OA366 De Havilland DHC-8 400 Series, Turboprop buatan Kanada 90 seat, milik Aegean Air yang dioperasikan Olympic Air. Tidak sampai 40 menit landasan bandara Santorini sudah terlihat. Saat itu awan tebal, hitam, pesawat berbaling-baling yang kami tumpangi berguncang keras. Rupanya angin bertiup kencang. Ketika ujung landasan sudah terlihat,  pesawat bagai layang-layang belok kanan dengan tajam, pilot langsung mengumumkan bahwa angin kencang membuat dia membawa pesawat langsung ‘balik kanan’ menuju bandara Athena. Semua penumpang diam, tentu saja dengan perasaan masing-masing yang mudah ditebak, kesal, beruntung pilot tidak nekat, dan mungkin ada juga yang menduga akan balik lagi setelah mengisi bahan bakar.

Setelah menunggu sekitar 3 jam, maskapai Aegean Air memutuskan penerbangan ke Santorini ditunda esok, kami diberi opsi: mau batal silakan…tiket diganti, mau ke Santorini monggo, esok pesawat disiapkan pagi, malam ini diinapkan di hotel. Kami memilih tetap ke Santorini.

Sore itu kami diantar dengan bus  mewah ke hotel bintang 5 untuk beristirahat, dinner digratiskan, demikian juga minuman keras dan ringan dalam kulkas di kamar, dan breakfast esoknya, semuanya sebagai tanggung jawab maskapai Yunani, Aegean Airlines yang tidak dapat mengantarkan penumpangnya sampai ke tujuan.

Pagi-pagi pukul 04:00 kami diantar ke bandara  Eleftherios Venizelos menumpang 5 bus. Banyaknya penumpang karena dua penerbangan ke Santorini kemarin itu dibatalkan. Pukul 06:00 Airbus A 321 Aegean Airlines yg kami tumpangi take-off mulus menuju Santorini. Setelah 40 menit di udara, A 321 Aegean bersiap landing, roda sudah dikeluarkan. Jelas terlihat di kiri landasan tebing bukit terjal, kanannya laut biru.

Menurut pandangan saya, tidak sampai di ketinggian 200 meter lagi pesawat akan menyentuh ujung landasan….tiba-tiba dari arah kiri  angin kuat sekali menghantam pesawat. Saya yang duduk di samping jendela kanan, tadinya melihat aspal landasan tiba-tiba berubah menjadi permukaan air laut. Astaghfirullahaladzim. Dapat dipastikan muka saya pucat pasi seketika, terguncang dan …mengira saat itulah akhir hayat. Bagaimana tidak, pesawat oleng ke kanan…ujung sayap pesawat serasa menyentuh permukaan laut, sementara itu pilot berusaha keras mengembalikan posisi pesawat dan ….oleng lagi ke kiri…kemudian kembali aspal landasan terlihat sangat jelas.

Detik-detik menjelang roda pesawat menyentuh landasan, sebagian penumpang sudah bertepuk tangan, tiba-tiba pesawat gas-pol dan hidung pesawat terangkat sambil oleng ke kiri dan kanan, menjauh landasan. Dugaan saya pilot menghitung jarak sisa landasan tidak mencukupi untuk landing, keputusan tepat disaat genting. Tidak lama pilot mengumumkan pendaratan tidak dimungkinkan karena angin sangat kencang, dan akhirnya pesawat kami kembali ke bandara. Pilot bilang nanti sekitar pukul 10:00 akan dicoba untuk terbang kembali. Jarak 200 km ke bandara yg ditempuh 40 menit serasa ribuan kilometer, lebih cemas karena saat itu awan tebal dan gelap bergulung-gulung.

Ketika sudah tenang, kawan-kawan seperjalanan yang semuanya duduk berdekatan kami tanya: “Apa nanti pukul 10:00 kita ikut terbang kembali ke Santorini untuk kali ketiga ?”. Bagai koor mereka serempak menjawab: “Nggak…. cukup dua kali aja kita (mencoba) ke Santorini”.  Begitu mendarat di bandara ATH Athena, kami langsung cari hotel untuk stay semalam lagi di ‘kota para dewa’ dan esoknya terbang ke Sofia, Bulgaria. Semoga diberi kesempatan di lain waktu ke Santorini, Yunani.

Santorini memang mempesona dan membuat penasaran banyak orang, termasuk saya. Santorini sangat instagrammable, buktinya – menurut The Economist – ada lebih 5 juta foto diunggah ke media sosial Instagram. Di negara kita saja ada banyak hotel yang mengusung tema Santorini nan epik, diantaranya Hotel Karma Kandara Ungasan, Morabito Art Cliff Uluwatu, Bali, Woywoy Paradise, Amatoa, Balato, semuanya di Tanjung Bira, Bulukumba, Villa Mentigi Bay Dome d Senggigi Lombok,  Ayana Komodo Resort, Seaesta Komodo Hotel di Labuan Bajo. Jogja juga gak mau ketinggalan dengan destinasi wisata Bhumi Merapinya. Di Jakarta juga ada Teras Santorini (bagian dari Dos Hermanos Coffee & Cigar) yang terletak di bilangan Duren Sawit, Jakarta Timur. Maka, ketika kami, tiga pasang sekawan, beberapa minggu lalu memanfaatkan paket mandiri wisata Eropa yang telah dipesan setahun lalu dan visa Schengen yang sudah di tangan, pada 23 Mei 2022 dari bandara Wina, Austria dengan menumpang pesawat maskapai Qatar kami terbang menuju bandara Thira, Santorini, dengan layover di bandara Eleftherios Venizelos, Athena.

Tiga hari kami menjelajah Santorini, dengan menumpang mobil sewaan enam seat, dan saya didapuk menjadi sopir mobil sewaan. Kawan-kawan tampaknya tak berani menyetir mobil sewaan Nissan Evalia yang bersetir kiri dan perseneling manual. Walau tak seberapa luas, namun jalanan di Santorini kadang sangat menanjak, lalu menurun tajam, tiba-tiba jalan belok patah ke kiri dan kadang berbalik ke kanan mengikuti jalan di tebing bukit, cukup membuat sport jantung. Pada akhirnya, setelah “tiga kali” (mencoba) ke Santorini, saya menemukan jawaban mengapa di sana dinding bangunan umumnya berwarna putih , dan beratap biru, Santorini ternyata sangat panas. Walaupun menurut catatan rata-rata iklim dan suhu diantara 90C – 300C, tapi matahari terasa di ubun-ubun. Itulah sebabnya bangunan warna putih bertujuan untuk mengurangi panas, dan atap biru supaya berasa sejuk. BEN

Berikut Redaksi muatkan foto-foto Keindahan Santorini dari Penulis :

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini