TITIK PANDANG
Oleh : Syaifudin
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sahabat ! melanjutkan ulasan terdahulu yang berjudul “sudut pandang”, saya teruskan untuk melengkapi dengan bahasan “titik pandang”, cerita bermula dari peragaan pada sebuah lembaran kertas karton putih yang kemudian pada bagian tengahnya dikasih gambar sebuah titik yang berwarna hitam dan kemudian ditanyakan kepada yang melihat karton putih itu dan ditanya apa yang anda lihat pada lembaran kertas karton itu, tentu dijawab “gambar titik yang berwarna hitam”.
Titik pandang adalah sebuah objek yang kita lihat dan penglihatan kita terpusat padanya, sehingga suatu titik pandang akan membatasi kita pada hanya titik tersebut atau tanpa melihat objek objek lain yang ada atau mungkin ada disekitar area yang menjadi titik pandang kita tersebut.
Titik pandang menjadikan kita fokus hanya kepada titik tersebut, sehingga mempunyai potensi pengetahuan yang lebih tajam dan detil pada titik itu.
Kalau titik pandang ini dipadankan dalam kehidupan kita, maka ia melihat pada satu sisi dalam diri kita atau satu tahapan dalam panjangnya tahapan kehidupan. Oleh karena itu titik pandang cenderung meneropong “part of life” sebagai salah satu bagian yang ada pada diri dan atau yang pernah terjadi dalam riwayat kehidupan.
Dalam menilai kehidupan seseorang, ada kecenderungan kita melihat dan kemudian memberikan penilaian “baik” atau “buruk” hanya pada satu titik pandang kehidupan seseorang, dan kemudian kita memberikan kesimpulan atas orang dari penilaian tersebut. Kehidupan memang bertutur adanya rumus “nila setitik merusak susu satu belanga” yang artinya kita memberikan label “jahat” pada seseorang akibat dari sekali perbuatannya yang tidak baik.
Dampak positif dari pandangan ini, akan menjadikan kita berhati-hati dalam menjalani kehidupan agar jangan sampai berbuat yang tidak baik, seperti betapa orang paling susah melupakan pada seseorang yang pernaah menzalimi dirinya, ada selalu teringat akan perbuatan tidak baik yang pernah dilakukan oleh orang tersebut pada diri dan keluarganya.
Disisi yang lain cara menilai dengan hanya satu titik pandang ini mengandung kelemahan yang sering disebut kurang “objektif” dalam melihat dan atau memberikan penilaian terhadap seseorang, karena ada banyak sisi lain dan segmen kehidupan seseorang yang baik atau positif, sehingga sudah semestinya kita memberikan penilaian positif atas keseluruhan kehidupannya.
Kondisi yang terfokus pada satu titik pandang ini juga bisa menamfikan perubahan yang terjadi dalam kehidupan seseorang, bukankah adanya perbuatan yang tidak baik suatu perbuatan yang tidak diinginkan oleh siapapun dan pada saat terjebak pada perbuatan tidak baik itu ada banyak variabel yang memperngaruhinya. Adanya perubahan dulu tidak baik dan sekarang baik atau pada sisi ini ia jelek namun ada banyak kebaikan lainnya telah menyadarkan saya saat diminta memberikan referensi oleh suatu lembaga atas seorang sahabat yang melamar menjadi “pejabat”, saya katakan “selama bergaul dengan saya orangnya digambarkan sebagai berikut …. dan saya katakan juga kemungkinan sahabat itu telah berubah, baik itu perubahan ke arah yang bersifat positif atau bisa juga ke arah yan bersifat negative. Dan apa apa yang saya sampaikan itu hanya satu sisi saat kehidupannya berteman dengan saya dan dalam pengalaman saya. Karena kehidupan juga banyak bertutur, seseorang kurang baik dimata kita akan tetapi ia baik dimata orang lainnya.
Salam secangkir kopi seribu satu inspirasi.