
YANG TAK TERUNGKAP
Oleh : IBG Dharma Putra
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Ujung pencarian sebuah fakta, kebenaran atau ditemukan realitas yang sesungguhnya, secara hipotetis adalah sebuah misteri dan baru akan dicapai setelah mati. Teramat sulit mencarinya di dunia nyata karena realitas sempurna ada di keheningan tanpa kepentingan, dengan tulus dan ikhlas, meniti jalan kehidupan, tanpa rasa suka maupun duka.
Kerumitan pencarian realitas tersebut bisa saja terselip dalam komedi tragis, pada kerumunan manusia yang tak habis habisnya tertawa oleh kebodohan anjing pada penelitian Pavlov, yang sedang dibincangkan dalam sebuah seminar, dan baru berhenti becanda setelah bel ishoma berbunyi, untuk berdiri dan antri makan siang.
Pavlov menyimpulkan bahwa stimulus tertentu di lingkungan sekitar anjing hadir saat anjing diberi makanan, maka stimulus tersebut dapat dikaitkan dengan makanan dan menyebabkan air liurnya keluar dengan sendirinya. Jika bel dibunyikan sesaat sebelum diberi makan maka untuk selanjutnya, setiap mendengar suara bel, air liur anjing akan keluar.
Realitas bisa saja tersembunyi dibalik tragedi tenggelamnya kapal Titanic, tentang keluhuran budi dan peradaban manusia, yang ditunjukkan oleh sikap maha jutawan, yang menolak sekoci dan memilih memberikannya kepada yang lebih berhak. Mereka memilih mati daripada khianat terhadap prinsip moralnya.
John Jacob Astor IV, yang mempunyai uang setara dengan 30 Titanic menyerahkan sekoci pada dua anak yang ketakutan serta Ny Isidor Straus, istri dari salah satu pemilik jaringan toserba terbesar di Amerika kala itu, memberi pada Ellen Bird, pembantunya.
Entahlah, realitas itu sangat absurd atau luhur, tetap saja bagi orang awam, ujung jawab dari pertanyaan rumit tersebut, diamankannya pada orang yang mencintainya. Percaya hanya pada perkataan orang yang mencintainya dan ujung jawabannya ditemukan pada jawaban seorang ibunda yang sungguh benar mencintainya.
Kehidupan dunia hanya bisa tahu, sampai disitu, tersimpan amat unik, dibawah telapak kaki ibu, selebihnya adalah misteri, dengan sebuah tafsir progresif, membebaskan supaya kaum wanita, menikmati kebebasannya menjadi cerdas serta pandai sehingga bisa lebih banyak mengungkap misteri,bercerita tentang realitas sesungguhnya.
Tampaknya realitas yang sesungguhnya berada bersama kebahagiaan dalam keheningan tanpa kepentingan yang tak berwujud tapi bisa dirasa.
Dunia menjadi tak dapat menemukannya sebab ada keinginan untuk lebih berbahagia yang sulit diungkapkannya. Realitas, kebenaran disertai bahagianya tak ditemukan karena ada yang tak terungkap.
Banjarmasin
07042025