HIKMAH MAHABARATA DAN PILPRES
Oleh : IBG Dharma Putra
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Epos Marabaratha bercerita bahwa akhirnya, Yudistira Sang Pemenang, dinobatkan sebagai Raja dalam kesendirian batiniah. Penobatan hanya ditemani Permaisuri Drupadi, Pandawa yang lain dan Parikesit, cucu Arjuna dari Abimanyu, satu satunya keturunan Pandawa, yang ditakdirkan lolos dari pembunuhan keji Aswatama,
Itulah akibat dari sebuah perang, berupa sepi dalam kesendirian yang berbalut lara nestapa kesedihan hati, karena rasa bersalah, telah membunuh sesama manusia. Mungkin saja akan menipis sebelum sirna jika semua kenyataan yang telah terjadi diterima sebagai sebuah takdir kehidupan. Semua kenyataan, hakekatnya adalah kehendakNya dan wajib dijalani dengan tetap berpegang pada kaidah kebenaran. Berkaidah benar tidak menyeret manusia pada gelombang perasaan suka atau duka, sehingga tak lagi ada nestapa karena dunia dipenuhi oleh bahagia.
Itulah kehebatan manusia yang dekat dengan Tuhan karena kesadarannya akan menolong dirinya ketika menghadapi masalah pelik, hingga bisa tetap tersenyum bahagia. Hidup tak seharusnya diratapi tetapi wajib dijalani bak aliran air, tetap mengalir walaupun ada hambatan dijalannya. Kalaupun ada kubangan besar menahan alirannya, dengan tekun dan iklas air akan menunggu untuk mengalir kembali setelah kubangan terisi penuh.
Hikmah utama yang dapat dipetik dari cerita tentang kepedihan hati Prabu Yudistira, sang pemenang, bahwa perang dengan sekuatnya harus dihindari dan beruntunglah anak bangsa Indonesia yang telah memutuskan anti perang karena ingin mencapai tujuan bernegaranya melalui kemerdekaan, keadilan sosial serta perdamaian abadi. Kesepakatan ditulis jelas dalam pembukaan UUD 45.
Membaca epos tersebut, membuat tidak ingin menciptakan perang bahkan hanya suasana seolah perang dalam Pemilihan Presiden pada tahun 2024. Pemilihan Presiden bukan perang, hanyalah sebuah kontestasi untuk mendapat pimpinan terbaik serta paling cocok dengan kehendak rakyat dan perkembangan situasi lingkungan. Pemilihan Presiden adalah perebuatan kekuasaan legal berdasarkan kesepakaran demokrasi, dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Pemilihan Presiden adalah momentum untuk membangun peradaban dan pembangunan peradaban wajib dilakukan melalui proses dan dengan cara beradab. Potensi kerusakan akan terjadi jika pembangunan peradaban dikelola tidak beradab dengan menghalalkan segala cara, seperti tindakan tidak beradab dalam membuat dan menyebarkan informasi tidak bermutu.
Termasuk didalam informasi tidak bermutu tersebut adalah membuat issue politik dengan menyebarkan berita tidak benar, termasuk mengarang cerita seolah informasi benar sebaiknya dihindari. Memotong pembicaan utuh dan menampilkan hanya sebagiannya untuk dapat penekatan pada issue yang hendak dibuat, sebaiknya dihindari juga. Meniupkan berita lama yang tidak berhubungan dengan menjadikan berita baru yang seolah berhubungan juga bukan merupakan tindakan yang baik. Menyebarkan data yang belum dipastikan kebenarannya juga sangat tidak disarankan.
Kita semua layak bergidik ngeri akan adanya kemungkinan kemerosotan moralitas bangsa, jika informasi tidak bermutu tersebut tidak hanya diproduksi oleh mesin politik tetapi digaungkan juga oleh para cendikia, karena cendekia seharusnya tidak partisan dan hanya melakukan pemihakan independen.
Banjarmasin
18062023