PELANCONG MERDEKA & MANDIRI (CATATAN PERJALANAN ROBENSJAH SJACHRAN)

PELANCONG MERDEKA & MANDIRI 

Oleh: Robensjah Sjachran

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Tulisan lalu mengurai cara melakukan perjalanan ke luar negeri dengan dua model, pertama: Group Inclusive Tour (GIT) yang paket tournya “sudah direncanakan” oleh Biro Perjalanan Wisata (BPW), “siap pakai”, dan selama perjalanan dikawal tour guide; kedua: masih tergolong GIT juga, yang beda hanya paket turnya Free & Easy yang dijual BPW berupa tiket pesawat pp, akomodasi hotel di negara atau kota-kota tujuan, dan mungkin ditambah paket tur lokal sebagai bonus seperti mengunjungi ikon-ikon dan atraksi yang terkenal di kota-kota yang didatangi, misalnya di London, bundle: tiket Harry Potter Tour; Hof-on Hof-off Bus, Cruise, atau tiket Alhambra di Spanyol. Paket tur ini menuntut usaha dan kejelian turis atau traveler untuk mencari tahu dan mengeksekusi perjalanannya, karena tidak dikawal pemandu wisata dari BPW yang menjual paket.

Tapi, urusan perjalanan plesir gak pernah puas, lagi-lagi saya merasa terikat beli paket yang maskapai penerbangan dan penginapan sudah ditentukan BPW. Misal kami mau start perjalanan  ke Eropa dari kota Milan, Italia.Tiket pesawat murah yang ditawarkan Thai Airways  tentu transit di Bangkok setelah terbang dari Jakarta. Hanya saja di Bangkok harus nginap 1 malam, dan esoknya pada waktu yang tidak mengenakkan, pagi-pagi pukul 03:00 sudah berada di bandara. Hotel yang disediakan dalam paket tak sesuai, karena bagi kami bertarif mahal, maklum rata-rata bintang 4. Kami lebih suka tinggal di aparthotel, murah tapi umumnya unit dilengkapi dapur, atau penginapan berbintang 1 atau 2 tapi sangat dekat dengan stasiun KA atau terminal bus. Jadi paket Free & Easy ini bagi saya masih tidak memberi keleluasaan dalam menetapkan perencanaan. Maka, jadilah kami, yang umumnya terdiri dari 3 hingga 6 pasangan, sebagai traveler dengan status “flashpacker”, tidak lagi menjadi turis yang disebut “tripper”.

Flashpacker ketika akan bepergian, membuat perencanaan sendiri yang dituangkan dalam itinerary. Ibarat menulis, itinerary itu bagai outline, menjadi peta yang memandu perjalanan kita. Itinerary memuat info rencana yang rinci untuk sebuah perjalanan, terutama daftar tempat yang akan dikunjungi berikut durasinya, rencana perjalanan, catatan perjalanan, di mana menginap, makan siang, makan malam, ngopi, yang pada dasarnya menjelaskan rute perjalanan dengan informasi yang bermanfaat bagi para pelancong. Itinerary juga diperlukan ketika akan mengurus Visa. Ada kalanya petugas imigrasi negara yang dimasuki juga menanyakan itinerary ini.

Visa adalah dokumen izin masuk ke suatu negara. Visa umumnya diurus ke kedutaan negara yang akan dikunjungi. Kendati demikian, negara-negara Schengen, dan juga Australia, Selandia Baru, Jepang (yang berKTP Kalimantan Selatan di Konjen Jepang di Surabaya), menyerahkan sebagian   pekerjaan (outsource – alih daya), mengumpulkan persyaratan administrasi dan memverifikasi dokumen ke badan hukum privat, seperti misalnya VFS Global atau TLS Contact. Akan tetapi keputusan akhir diberi visa atau tidak tetap ada di kedutaan masuknya permohonan.  Dokumen visa banyak ragamnya, ada visa kunjungan singkat (turis), visa diplomatik, visa dinas, visa kerja, visa pelajar, visa bisnis, visa kunjungan bisnis, semua visa itu dikeluarkan tergantung pengajuan permohonan dan kebijakan negara yang menerbitkan. Bukti visa juga beragam,  misalnya negara-negara Schengen mengharuskan visa kunjungan turis yang dikeluarkan berupa stiker ditempel di paspor. Negara Turkiye untuk warga Indonesia mengeluarkan elektronik visa (e-visa) yang dimohon tidak perlu keluar rumah, cukup melalui ruang kerja atau dalam kamar melalui online, atau dapat juga diapply (sebagai Visa On Arrival) saat kedatangan di bandara Istanbul. Visa diberikan bisa berjangka 1 bulan, 3 bulan atau setahun, bahkan ada yang 3 tahun atau 5 tahun. Berdasarkan keberlakuannya, Visa itu ada 2 jenis, Single Entry yang hanya berlaku untuk sekali masuk ke negara tujuan, dan Multi Entry untuk masuk keluar berkali-kali. Ini penting, lebih-lebih visa Schengen karena di sana banyak negara berdekatan yang sering dieksplor pelancong bersamaan. Misal begini: tiket pesawat kita Jakarta – Amsterdam – Jakarta; waktu tiba di bandara Schiphol Amsterdam dan melewati konter petugas imigrasi, kita sudah masuk negara Belanda. Beberapa jam setelah kedatangan melanjutkan perjalanan dari bandara yang sama ke Oslo, Norwegia misalnya. Nah…ketika dua atau tiga minggu kemudian kita balik ke Amsterdam, kita ditolak masuk apabila visa Schengen kita jenisnya Single Entry yang sudah digunakan ketika tadi kita masuk via bandara Schiphol. Visa Single Entry tidak menjadi masalah apabila kita masuk bolak balik ke negara yang berbatasan tanpa melalui penjaga border atau konter (seperti di bandara atau seaport), misal Swiss, Italia, Slovenia, Kroasia, karena semuanya berada dalam Zona Schengen.  Negara Kroasia baru saja awal tahun 2023 resmi masuk ke dalam zona Schengen sekaligus menggunakan Euro.

Syarat lain mengurus visa kunjungan singkat (turis) adalah ketersediaan tiket pesawat pp dan bukti pemesanan akomodasi. Ketika meng-apply visa, tiket pesawat dan pemesanan akomodasi pilih yang bisa “refund” atau dapat “batal” tanpa potongan untuk mengantisipasi manakala permohonan ditolak. Banyak sekali bertebaran aplikasi mesin pencari (search engine) pemesanan tiket pesawat dan akomodasi. Untuk tiket pesawat saya biasa menggunakan skyscanner.co.id, traveloka.com, fly-scanner.com, jetcost.com, atau google flights. Untuk pemesanan akomodasi di Eropa menggunakan kayak.com, hotels.com, airbnb.com, tripadvisor.com, terutama booking.com. Yang terakhir ini saya sukai karena kelengkapan informasinya, termasuk review  para traveler cukup fair, jelas dan akurat; termasuk deskripsi hotel, kamar, dan situasi sekitarnya sangat informatif. Ini penting karena kita harus tahu suasana sekitar dan situasi hotel, misal apakah ada fasilitas pembatalan gratis, atau pesanan yang tidak dapat dibatalkan, apakah resepsionis buka 24 jam, ketersediaan lift, AC/pemanas ruang, penitipan koper (luggage storage), wi-fi gratis, balkon, sampai ke info ada nggaknya fasilitas pembuat teh-kopi, pengering rambut, hingga apakah disediakan setrika, parkir mobil. Selain itu penting juga info tentang jarak hotel dengan stasiun KA, Bus, atau bandara, kios penjual makanan-minuman, farmasi, SPBU, polsek, dan tempat-tempat menarik sekitar penginapan.

Kalau visa sudah didapat, tiket pesawat dan akomodasi sudah dipesan, maka tibalah waktunya persiapan mengurusi barang-barang yang akan dibawa. Untuk itu wajib ditetapkan sarana membawa barang-barang tadi. Ini juga penting karena ada aturan bagasi dari maskapai, dan berapa lama kita berada di luar negeri. Mata uang negara yang dikunjungi juga perlu diperhatikan, terutama bagi kawan-kawan yang plesir ke benua Biru (Eropa), karena di sana sering pindah-pindah negara, yang artinya akan sering gonta ganti mata uang untuk belanja. Umumnya di benua Eropa berlaku Euro, dengan simbol € yang saat ini ekuivalen sekitar Rp 16 ribu. Ada 20 anggota masyarakat Uni Eropa yang mengadopsi Euro sebagai satu-satunya mata uang yang berlaku. Namun, ada pula negara di Eropa yang bukan anggota Uni Eropa yang mengunakan Euro sebagai mata uang resmi, Untuk kedua hal ini akan dikupas lebih lanjut dalam tulisan berikut. Ben (Bersambung)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini