SPIRIT OF TOMORROW (SERI SECANGKIR KOPI SERIBU INSPIRASI)

SPIRIT OF TOMORROW

“Saatnya kita mulai berfikir dan menerapkan “spirit of tomorrow” dengan rela melepaskan nostalgia masa lalu…”

(Oleh : Syaifudin)

SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sahabat secangkir kopi seribu inspirasi, Istilah “spirit of tomorrow” saya dapatkan dari Prof. Renold Kasali dalam akun youtubenya, istilah ini pada dasarnya membagi dua kondisi waktu, yaitu kemaren dan yang akan datang.  Bicara yang kemaren adalah bicara semua pengetahuan dan pengalaman yang kita peroleh dan rasakan selama kehidupan kita yang lalu, pengetahuan dan pengalaman itulah yang menjadi dasar kita bertindak dan perilaku karena telah kita Yakini kebenarannya. Sedangkan urusan yang akan datang adalah urusan nanti yang kita sikapipun berdasarkan pengetahuan dan pengalaman masa lalu tersebut.

Pandangan antara masa lalu dan masa yang akan datang seperti itu secara normal sesungguhnya tidaklah salah, karena apa yang terjadi masa lalu tersebut sangat terkait dengan bagaimana masa depan, akan tetapi dalam kondisi yang tidak normal (disruption) yang membawa perubahan revolusioner dan ditandai oleh ketidakpastian, maka cara pandang yang didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman masa lalu sudah ketinggalan jauh dan tidak akurat lagi untuk menjadi cara pandang sekarang dan kedepan.

Anehnya kita sangat sulit untuk meninggalkan pengetahuan dan pengalaman masa lalu kita dalam melangkah dimasa disruption ini, akibatnya kita terjebak pada nostalgia masa lalu yang menjadikan kita tidak mampu beradaptasi dan merespon perubuhan yang terjadi, kita masih menggunakan stategi lama dalam membuat kebijakan, kita masih memakai teori lama dalam menganalisa dan bahkan kita terus bernostalgia dengan keadaan lama yang sesungguhnya dunianya sudah berubah secara drastis.

“Bernostalgia” dengan masa lalu ini juga menghinggapi para pelaku bisnis yang masih meratapi masa sulit pandemic dan perubahan digital sebagai factor penyebab kesulitan bisnisnya, tanpa mau melihat peluang yang diciptakan oleh “tatanan baru” yang diciptakannya, ditengah ekologi yang baru, masih menggunakan cara dan pendekatan lama dalam menjalankan bisnisnya, akibatnya bukan pertumbuhan lagi yang didapatkannya akan tetapi menuju kepada keterpurukan, Kondisi inilah yang diceritakan “fabel tikus”, yang saat ketemu lumbung padi ia menetap sampai padi itu habis, dan saat habis ia berjalan lagi mengembara mencari lumbung baru, tetapi megapa kita saat sudah tahu dilumbung itu sudah habis, masih berharap lumbung itu terisi lagi dan tidak bergerak mencari lumbung baru. Oleh karena itulah bagi para pelaku bisnis, saatnya menemukan cara, bentuk dan model baru yang sesuai dengan kondisi sekarang dan yang akan datang.

Di-kalangan akademisipun juga terbelah, ada riset-riset yang masih menggunakan teori-teori lama dan menguji teori lama dan hasilnya menyimpulkan bahwa kondisi sekarang sudah menyimpang dari teori itu, tanpa kemudian mau menggali teori-teori baru sebagai suatu temuan.  Kondisi ini mengukung fikiran kita pada “box” yang ruangnya terbatas cara pandang terbatas dan asik “melakukan masturbasi”  dengan dunianya sendiri. Kita mestinya membuka mata dan fikiran terhadap perlunya kolaborasi untuk membangun Lembaga atau institusi Pendidikan dan riset, menhargai mereka yang berprestasi dan telah mampu menjawab tantangan di era disrupstion ini. Kondisi berfikir kedepan ini akan lebih terasa urgensinya pada akademisi yang mendapat tugas tambahan di structural Perguruan tinggi dan Lembaga Penelitian untuk berfikir dan menerapkan kebijakan yang responsif dan antisipatif dengan menerapkan kolaborasi sebagai keniscayaan jaman.

Saatnya kita mulai berfikir dan menerapkan “spirit of tomorrow” dengan rela melepaskan nostalgia masa lalu…

Salam secangkir kopi seribu inspirasi.

Terbaru

spot_img

Related Stories

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini