TIDAK ADA YANG ABADI DI DUNIA INI
Oleh : dr. Mohamad Isa.
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Kalimat ini tidak asing bagi kita semua, karena semua orang paham dengan kalimat ini. Menjadi menarik kalimat ini dihubungkan dengan dunia nyata yang kita hadapi. Kenyataan yang berhubungan dengan dunia politik. Dunia politik yang penuh dinamika, menyebabkan pelaku politik sering berganti-ganti antara pertemanan dan permusuhan.
Suatu saat seseorang mengidolakan para pemimpin/partainya, diwaktu yang lain bisa menghujat dan membenci pemimpin/partainya. Dulunya teman seperjuangan, akhirnya bisa jadi musuh yang harus dihadapi untuk diterkam, dihabisi dan sebaliknya dulunya musuh, sekarang jadi teman seiring sejalan. Inilah dunia politik “Tidak ada teman /musuh abadi, yang ada kepentingan abadi”.
Kepentingan partai/golongan dan kepentingaan pribadi bisa merubah segalanya.
Cerita tentang pendiri partai, bisa terhempas menjadi orang lain dipartai yang didirikan. Bisa berputar dan bisa berubah haluan. “Jangan terlalu sayang, nanti bisa terbuang. Jangan terlalu benci nanti dicari.” “Tidak ada yang abadi di dunia ini”.
Apa ini wajar ? Menurut saya, ini dalam batas wajar, karena pada hakekatnya makluk di dunia selalu melakukan perubahan (mutasi) untuk mempertahankan kehidupannya (survival game). Virus yang sangat kecil, akan melakukan mutasi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Virus Corona bermutasi menjadi virus covid 19 untuk mempertahankan hidupnya di tempat yang baru (host) agar virus bisa hidup.
Manusia juga secara naluri (sunatullah) akan berbuat untuk bisa bertahan hidup. Maka manusia akan bermutasi (pindah) dan beradaptasi. Kalau manusia tidak bisa berubah dan beradaptasi maka manusia tersebut akan kalah dan punah. Jadi “Tidak ada yang abadi”
Oleh sebab itu, dalam menghadapi dinamika mahluk di dunia, khususnya perilaku manusia ada beberapa falsafah hidup yang perlu diresapi :
Ojo Gumunan artinya jadi orang jangan mudah terkagum- kagum/takjub pada sesuatu. Bisa pada orang/kelompok/partai. Sikap ini harus diresapi supaya tidak mudah terpesona. Jangan- jangan yang mempersona, bisa jadi bumerang. Cukup dihormati sesuai dengan proposinya.
Ojo Getunan artinya jangan mudah kecewa. Hidup selalu ada bayangan kekecewaan. Peristiwa satu, berganti ke peristiwa lain selalu ada nuansa kekecewaan. Kita harus menghadapi bila ada kekecewaan. Kecewa tidak bisa dipelihara, karena manusia pada hakekatnya ingin berubah.
Ojo Kagetan artinya jangan mudah kaget/panik. Sesuatu yang baru kadang-kadang membuat terkagum- kagum karena perilakunya. Jangan mudah terkaget/ kagum karena suatu saat bisa berubah. Biasa saja menghadap yang baru dengan emosi tetap terjaga.
Ojo Aleman artinya jangan minta dipuji/manja. Kalau gak dipuji jadi malas atau manja. Sedikit-sedikit minta di puji.
Ojo Dumeh artinya jangan mentang-mentang. Mentang-mentang kaya, ganteng, berkuasa, pintar.
Semua ada masanya dan itu bisa berubah. Setiap masa ada waktunya, setiap saat ada pemimpinnya/pemiliknya. “Dunia ini panggung sandiwara”
“TIDAK ADA
YANG ABADI DIDUNIA INI, KECUALI ALLAH DENGAN 99 SIFAT ASMAUL HUSNA”
Banjarmasin,19 Agustus 2024