ANTARA REMAJA DAN MESJID ASH-SABIRIN
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Pembaca yang budiman, sebagaimana umumnya tempat ibadah, pada bulan Ramadhan banyak melaksanakan kegiatan keagamaan yang bersifat intensif, seperti tadarus Al-quran, tausiah atau kajian keagaam, pengumpulan dan pembagian zakat fitrah, pelaksanaan sholat ied dan lain-lain. Namun di Mesjid Ash-Sabirin yang terletak di Komplek Griya Pertama Handil bakti Batola dari pengamatan redaksi ada yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, terutama dari sisi penyelenggaraan dan kesemarakan kehiatannya, yaitu didominasi oleh remaja.
Ketua Pengurus Mesjid Ash-Sabirin Aspiansyah Burhan dalam sambutan sebelum sholat ied 1443 h mengungkapkan adanya peran Angkatan Muda Mesjid yang melaksanakan kegiatan keagamaan selama bulan ramadhan sampai pelaksanaan sholat ied ini, dan saat dikonformasi disebutkan urgensi re generasi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di mesjid.
Peran aktif kelompok remaja di kegiatan mesjid ini umumnya redaksi temukan pada mesjid-mesjid kampus, namun adanya peran remaja mesjid di mesjid masyarakat umum adalah suatu yang patut kita apresiasi, mengingat umumnya kegiatan dilakukan dan diisi oleh “kaum tua”. Mengutif pendapat Buya Hamka dalam buku beliau Lembaga Budi, sinergi kamu tua dan kaum muda sangat diperlukan agar semangat majunya (gesit) dipresentasikan oleh kaum muda sedangkan semangat kebijakansanaannya (pengingat) dipresentasikan oleh kaum tua. Atau bisa diibaratkan seperti gas dan rem dalam suatu kendaraan, dimana kaum muda adalah “tancap gas” sedangkan kaum tua yang “me-remnya”.
Puncak peran kaum muda di kegiatan Mesjid Ash-Sabirin ini terlihat dari munculnya sosok muda menjadi Imam dan Khatib pada sholat dan hotbah ied, yaitu Al-Habib Muhammad Hafidz Bin Husein Bahasyim, yang isi khotbahnya ternyata merangkum konsep Ilahiah dalam kehidupan keduniaan yang selama ini banyak diungkapkan oleh kajian Tasauf kaum tua. “Ibadah itu (puasa) pada dasarnya hanya dapat kita laksanakan karena atas Inayah dan Taufik dari Allah sebagai jihad yang besar kita untuk melawan hawa nafsu dan kemudian kita tutup dengan menunaikan zakat fitrah (termasuk membantu fakir miskin dan anak yatim) sebagai wujud mengendalikan egoisme kita, akhirnya kita mampu untuk bersilaturahmi dan saling memaafkan di hari yang fitri”.
Sudah saatnya kita memberikan kesempatan yang luas atau karpet merah kepada kaum muda dalam melaksanakan kegiatan keagamaan, karena ditangan merekalah “panji-panji” islam akan berkibar dimasa yang akan datang.
Salam.