
ZIKIR QALBU
“Lantas kita ini siapa kita dan apa daya kita dihadapan Sang Kholik, sangat pantas dikatakan kita ini adalah debu di atas debu yang tak berdaya… maka sujudlah minta ampun dan bersyungkurlah padaNya. Ya Allah ijinkan hambaMu berzikir qalbu”
Oleh : Syaifudin
SCNEWS.ID-BANJARMASIN, Sahabat secangkir kopi seribu inspirasi, pada saat sahabat saya Prof.Tjipto Sumadi berkunjung ke Kiram Park dan saya bawa ke beberapa titik yang biasa dikunjungi orang saat berwisata ke Kiram Park ini, dalam perjalanan beliau menceritakan “coba buat satu tempat dimana orang bisa memandang langit pada malam hari yang bertaburan bintang dengan tenang”. Tidak berapa lama kami sampai di perahu Nabi Nuh yang berada di Puncak Kiram yang sejenak membuat sahabat ini tertegun dan berkata “tempat seperti ini yang saya maksud”.
Setelah perbincangan itu saya kemudian merenungkan “mengapa kita memerlukan tempat yang lapang, sepi, tanpa kegaduhan suara manusia dan kendaraan, tanpa hingar bingar music, dan hal-hal lain dalam rutinitas kehidupan kita ?”
Saya mencoba memahami dan menjawabnya dengan kondisi sosok sahabat yang satu ini tinggal di Kota Jakarta yang sudah kita ketahui bersama sangat sibuk dengan hiruk pikuk kehidupan dan berhutankan gendung-gedung bertingkat, sehingga “merindukan adanya suasana yang sebaliknya”, semacam “healing” atau menenangkan fikiran.
Saya juga menemukan fakta sejarah peradaban manusia yang justeru mendapatkan “pencerahan” saat ia mengasingkan diri ke-tempat sepi, seperti yang pernah dilakukan Rasulullah pergi ke Gua Hira untuk menjauh dari hiruk pikuk masyarakah jahiliah saat itu. Hal ini dikuti oleh cerita-cerita sufi yang memilih kehidupan terasing untuk menemukan hakikat kehidupannya. Begitu juga dalam tradisi agama – agama lain, banyak tokoh yang melakukan pertapaan ditempat yang sepi untuk melakukan perenungan kehidupan yang out putnya membawa pencerahan jiwa.
Dari sini kemudian saya berpendapat, tempat yang sepi, melihat langit yang luas dengan taburan bintang-bintang menjadi “atmosfir” manusia untuk merenungkan tentang eksistensinya dirinya di alam dunia ini.
Cerita bagaimana Nabi Ibrahim setelah melihat Bulan, Bintang dan Matahari yang akhirnya kemudian menyadari ada kekuatan Yang Maha Besar Sang Pencipta atas benda-benda angkasa tersebut.
Dari sini pula saat kita memandang ciptaanNya yang terlihat pada Alam Semesta ini, kemudian kita mampu merasakan ada Sang Kholik dibalik semua itu dan jiwa kita menjadi tergetar, maka pengakuan kita atas kelemahan diri selemah-lemahnya dihadapan Sang Kholik.
Mengapa terkadang kita tak mampu menangkap semua itu ? barangkali kita sudah sangat sibuk dengan rutinitas kehidupan social kota modern, alam kita perlakukan sebatas untuk memuaskan diri kita saja, kita tanam pohon atau bunga dihalaman hanya untuk memuaskan kita, kita pelihara burung atau hewan lain hanya untuk menghibur kita dengan tingkah polahnya, perhiasan, rumah, kendaraan, gelar kita pakai untuk kebanggaan diri dan gengsi dan seterusnya… Hanya sekedar dan berhenti pada kesenangan dan kegembiraan kita saja, tak ubahnya semua hanya sebagai objek semata untuk memuaskan ego kita.
Untuk bisa menangkap adanya “kekuatan Sang Kholik” dibalik semua hamparan alam dan kehidupan ini, kita memerlukan suasana yang sunyi, tenang, memandang langit luas dengan taburan benda-benda angkasa, konon cahaya bintang yang kita nikmati dari bumi sekarang ini adalah pancaran cahaya dari jarak yang sangat jauh dengan memerlukan ribuan tahun dalam perjalanan cahaya. Ada kekuatan yang Maha Dahsyat, ada Kekuasaan tanpa batas, ada Penguasa alam jagad raya, ada yang menciptakan keteraturan pada semua benda-benda angkasa termasuk planet bumi tempat kita berpijak, ada sang Maha dibalik ombak, dibalik hembusan angin, dibalik cahaya matahari, ada milyaran benda dan makhluk yang menghuni alam ini dan seterusnya…..
Lantas kita ini siapa kita dan apa daya kita dihadapan Sang Kholik, sangat pantas dikatakan bahwa kita ini adalah debu di atas debu yang tak berdaya… maka sujudlah minta ampun dan bersyungkurlah padaNya. Ya Allah ijinkan hambaMu berzikir qalbu.
Salam secangkir kopi seribu inspirasi.