MEMAKNAI KAMPUS WISDOM
(versi Secangkir kopi seribu satu inspirasi)
Oleh : Syaifudin
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sahabat, ijinkan kali saya menceritakan perjalanan pemikiran, proses perenungan dan proses gagasan yang berujung pada action dalam mengisi kehidupan yang dianugerahkan oleh Allah, ringkasnya seperti episode eksistensi hidup yang didedikasikan untuk dipertanggungjawabkan kepada Sang Pemeberi Kehidupan. Yang namanya sebuah episode ekistensi diri tentu tidak bisa dibandingkan dan disandingkan dengan banyak karya dan dedikasi para sahabat semua dalam mengisi kehidupan ini, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati mengungkapkan ini sekedar menjelaskan kenapa Kampus Wisdom ini lahir.
Bermula dari sintesa profesi yang saya emban, sejak lulus S1 difakultas Hukum ULM saya langsung masuk menjadi tenaga akademik (Dosen) atas anjuran Wakil Dekan 1 saat itu (alm Drs.Umberansyah Alie) atas dasar profil lulusan tercepat dan predikat Mahasiswa Teladan, namun sambil menunggu keluarnya Surat Keputusan Calon PNS (SK CAPEG), saya menerima tawaran untuk bekerja Perusahaan yang semula ditempatkan di front office dan kemudian ditarik menjadi staft direksi yang juga ownernya. Setahun kemudian SK Capeg saya terbit dan mengajukan pengunduran diri di perusahaan tersebut, namun dijawab untuk tetap bekerja dengan jam kerja setelah pulang dari jam kantor PNS, akibatnya sejak itu saya merangkap di dunia dunia profesi, yaitu sebagai akademisi sekaligus sebagai praktisi terlibat pengelolaan perusahaan.
Sintesa ini terus berlanjut saat lulus program strata 2 dengan memperkenalkan “Hukum Yang Mendamaikan dan Membahagiakan kehidupan” dan membawa saya bergabung di dua group perusahaan lainnya, dan bahkan atas kebaikan pimpinan di group perusahaan ini pula saya dibiayai melanjutkan program doktor, dengan catatan agar saya diminta tetap membantu dibidang hukum pada perusahaan sambil kuliah doktoral tersebut. Dari sinilah untuk memudahkan kordinasi kerjaan saya kemudian membentuk Lembaga Hukum dan Bisnis dan kemudian berubah menjadi Jurist Solution, sebagai wadah memberikan jasa hukum pada perusahaan dimana saya bergabung.
Sahabat ! ternyata berada dalam dua dunia ini banyak mendapatkan tantangan dan pergulatan kemanusiaannya, satu sisi saat berfikir akademis (idealis) dengan membawa hukum sebagai solusi bukan sebagai “masalah” terkadang berhadapan dengan kondisi objektif sistem pelayanan dan bekerjanya hukum yang lebih melihat kepada variabel sosiologis ketimbang mutu pemikiran hukum, akhirnya pengetahuan hukum yang saya sampaikan sebatas bernilai “nasihat” sebagai salah satu pertimbangan dalam memutuskan permasalahan bisnis mereka.
Disisi lain pada tataran akademis saya banyak mendapatkan pengayaan bagaimana praktek hukum dan pengetahuan hukum yang diperlukan oleh dunia praktek dan dunia usaha dalam memberikan pembelajaran studi hukum, termasuk model pengajaran yang berorientasi kepada metode aktif sebagaimana layaknya training pengetahuan bisnis. Alhamdulillah kelas saya menjadi hidup dan “ribut” bahkan sempat ditegur oleh kolega senior “kok” mengajar riuh sekali kelasnya ! beliau merasa terganggu pengajarannya pada kelas yang berdampingan, namun respon mahasiswa sangat positif dan perkuliahan menjadi hidup, hasilnya saya dinobatkan selama tiga tahun beturut-turut oleh mahasiswa sebagai dosen yang inspiratif.
Berada dalam dua dunia profesi ini juga membuat saya melakukan “passing over” terhadap berbagai disiplin ilmu, dari ilmu hukum kepada disiplin ilmu-ilmu lainnya, sehingga saat kembali pada keahlian ilmu hukum saya mendapatkan ilmu hukum yang tercerahkan, dan selanjutnya pengetahuan yang didapatkan ternyata memperkaya wawasan dan berguna dalam menyalesaikan kasus-kasus hukum yang bersifat mediasi dalam penyelesaian sengketa hukum. Seterusnya saat memutuskan untuk pensiun dini sebagai PNS pun sesungguhnya saya tetap berada dalam dua dunia ini, karena dalam beberapa kesempatan diberikan kesempatan sebagai dosen luar biasa pada beberapa Perguruan Tinggi dan sekaligus sebagai konsltan hukum serta mengemban amanah mengelola perusahaan media dan tempat wisata.
Ringkasnya dalam pengembaraan dedikasi pada dua dunia menjadikan sikap “kembar satu” yaitu mengkaji pengetahuan dan sekaligus mengamalkan ilmunya dalam kehidupan, dan anehnya saya merasakan keasyikan tersendiri yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang belajar ilmu dan menerapkan ilmunya. Dari sinilah kemudian muncul gagasan mendirikan “kampus wisdom” sebagai wadah untuk berbagi pengetahuan, inspirasi dan pengalaman hidup dalam rangka menyatukan ilmu dengan tindakan dengan tidak sekedar melihat sisi benar salah akan tetapi pada dimensi kebijakan berdasarkan siatuasi dan kondisi tertentu serta penghargaan akan keberbedaan pendapat dan keragaman pemikiran dari berbagai disiplin ilmu.
Lalu bagaimana konsep kampus wisdom tersebut ? … (Bersambung)
Salam secangkir kopi seribu satu inspirasi.