RENDAH DIRI
Oleh : IBG Dharma Putra
SCNEWS.ID-BANJARMASIN. Sebenar benarnya, ada dua kondisi bangsa yang paling mengkhawatirkan belakangan ini yaitu adanya sifat rendah diri dan kerakusan. Rendah diri hampir diderita oleh sebagian besar anak bangsa dan mungkin karena ingin menghilangkan sifat itu, para pendiri bangsa dan Bung Karno mengajukan Panca Sila dan menganjurkan Tri Sakti. Sedangkan kerakusan mendapat tempat karena adanya sebagian kecil anak bangsa yang memanfaatkan rasa rendah diri saudara sebangsanya.
Sifat rendah diri, sangat berbahaya bagi bangsa yang hendak berubah menggapai masa depannya yang lebih hebat karena orang rendah diri tidak berubah karena akal serta pikirannya tetapi berubah karena meniru panutan yang dilihatnya lebih superior dibandingkan dirinya. Bangsa yang pernah menjajahnya, bangsa lain yang oleh penjajah pernah digradasikan berada diatas gradasi bangsanya.
Begitu mudahnya bagi anak bangsa yang minder melihat kehebatan bangsa lain dan menirunya tanpa penyesuaian hampir disemua lini kehidupannya. Di sektor kesehatan, misalnya, begitu mudah bagi anak bangsa ini, untuk mengikuti orientasi pelayanan kesehatan yang disebut sebagai pelayanan kesehatan berpusat pada orang yang diobati seolah lupa bahwa orientasi pada pemberi pengobatan juga perlu dikombinasikan didalamnya agar bangsa ini tidak tercerabut dari akar budayanya. Jadinya pelayanan yang hibrid beeorientasi pada orang yang diobati sekaligus pada yang mengobati.
Semua anak bangsa seolah berada dalam kondisi bawah sadar, melakukan peniruan dengan bangga dan merasa lebih modern tanpa sadar bahwa menjauhi budaya asal bisa berarti menjauhi kearifan dan kepandaian yang telah dimiliki dengan mendarah daging dan sekaligus berarti kembali membodoh dan akhirnya tertinggal serta tersisihkan oleh kehidupan kesehariannya. Jangan jangan kesukaan pakai jas, baju koko ataupun bergamis, merupakan tanda sisa dari sifat rendah diri tersebut.
Para cendekia fasih berbudaya barat, para petinggi agama fasih berbudaya arab atau india dan bukan sekedar melupakan budaya asalnya tapi berkehendak untuk meniadakan budaya asalnya itu dengan berbagai alasan. Si cendikia bilang tidak bisa dipertanggung jawabkan, para tokoh agama bilang budaya asalnya tak sesuai kaidah kebenaran bahkan haram. Tak ada lagi cerita dari mulut ke mulut, tak ada lagi baju kebaya dan berbagai seni lain karena aurat anak bangsa diartikan sama dengan aurat bangsa lain.
Opini tentang aurat inipun akan diterjang galak karena menurut mereka, merupakan tafsir Tuhan dan bukan tafsir sebuah bangsa semata. Dan ditakutkan nantinya, semua kita, terutama para lelaki, akan diwajibkan bertopi, terutama yang botak, karena klimisnya kepala botak, bisa memancing nafsu syahwat bagi yang melihatnya. Persis seperti menaiknya syahwat tatkala melihat patung telanjang di istana kepresidenan, sehingga semua patung harus ditutupi karena opini berlebihan disertai muatan kerendah dirian itu.
Panca Sila dan Tri Sakti menanggis dipojok sepi tanpa ada yang peduli. Ngilu dan pedih hatinya karena budaya yang membuat kagum bangsa lain dibunuh anak cucunya sendiri, bahasanya dibuat cadel oleh kebiasaan ngomong inggris, mengutip ayat berbahasa arab dan sansekerta, bahkan tulisannyapun diganti dengan tata bahasa asing tersebut.
Makananpun disisihkan dan dipinggirkan, tak lagi menjadi pilihan utama diganti dengan makanan sampah negeri seberang. Disisihkan seolah tak mau tahu bahwa menu tradisional tersebut diolah dengan keguyuban sosial dan menyingkirkannya berarti secara sadar telah ikut menipiskan kegotong royongan dari sanubari bangsa ini. Sekaligus mengurangi mineral dan micro nutrien dalam tubuh bangsa sehingga bangsa menjadi sangat lemah. Belum diperhitungkan dampak buruk lain sebagai ikutannya.
Dampak buruk semakin menjadi sangat buruk karena adanya kerakusan. Kerakusan dari pemilik rendah diri, biasanya arogan dan tidak taat pada proses kehidupan sehingga timbul ijazah palsu, money politik, kehidupan hedon, korupsi kolusi nepotisme, penyalah gunaan kekuasaan, penyalah gunaan narkoba yang membuat bangsa ini semakin terpuruk buruk.
Begitu luas serta buruknya akibat jangka panjang yang dapat dibuat oleh rasa rendah diri dan kerakusan ini, sehingga diperlukan intervensi pro aktif dari pemerintah, dimulai sekarang juga. Diperlukan pemimpin pribumi yang punya kesombongan pemikiran sekaligus rendah hati. Seorang nasionalis patriotis yang bisa menserasikan agama, rasa kebangsaan dan kemanusiaan. Itu bisikan nurani tapi bisa dipolitisasi.
Banjarmasin
02032023